Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq) sebagai penghasil minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil) dapat diperbanyak dengan dua cara, yakni secara generatif dan vegetatif buatan. Cara generatif, tanaman kelapa sawit diperbanyak dari biji sedangkan vegetatif dengan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan kelapa sawit saat ini mulai dilirik kembali sebagai alternatif teknologi perbanyakan dan perbaikan mutu serta pemuliaan tanaman kelapa sawit
Perbanyakan dengan metode kultur jaringan akan mampu menghasilkan bibit tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya dengan jumlah yang banyak. Pembibitan tidak tergantung musim, bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat, seragam, dan sifat yang identik dengan induknya, bebas penyakit, biaya transportasi relatif murah dan saat proses pembibitan/perbanyakan bebas dari gangguan hama, penyakit dan kondisi ekstrim lingkungan lainya. Hanya saja kelemahannya terutaman pada kultur jaringan kelapa sawit adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal replikasi sel dan pembesarannya.
Kultur jaringan kelapa sawit terdiri atas beberapa tahapan yakni pemilihan tanaman induk sebagai sumber eksplan, sterilisasi eksplan, induksi kalus, induksi embriogenesis dari kalus, multiplikasi embrio, pembentukan shootlet, induksi pengakaran dan tahap aklimatisasi. Setelah aklimatisasi hasil kultur jaringan, tanaman bisa langsung dipindahkan ke prenursery dan nursery sesuai dengan tahap pembibitan tanaman kelapa sawit yang berasal dari benih untuk selanjutnya dilakukan penanaman di lapangan.